Tetaplah
berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang
dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu (1 Tesalonika 5:17-18)
Seekor burung yang mungil
terbang jauh sekali sehingga ketika lelah dia bertengger pada dahan
sebuah pohon besar. Tepat di samping pohon besar itu terdapat sebuah
pohon pisang yang di atasnya terdapat kepompong yang tidak lama lagi
akan menjadi ulat. Burung kecil bersuara indah itu mendekatinya dan
bertanya, “Hai kepompong, apa kabarmu? .....Tidakkah kamu lelah harus
mengikuti proses yang panjang supaya menjadi seekor kupu-kupu kemudian
dapat terbang? Lihatlah aku, aku tidak perlu mengikuti proses yang
panjang itu. Tidak berapa lama sesudah aku lahir aku bisa terbang.” Ujar
si burung mungil angkuh. “Menurutmu, apakah Tuhan itu adil? Kenapa
kalian terus bersabar dengan cara Tuhan membentuk kalian?” Kepompong itu
pun kemudian menjawab, “Aku bersyukur bila Tuhan menciptakan engkau
begitu rupa, namun aku juga tetap bersyukur bahkan bersukacita meskipun
Tuhan membentuk aku seperti ini. Sebab pada akhirnya dalam ketekunan dan
rasa sabarku ini, Tuhan akan menganugerahkan kepadaku suatu keindahan,
aku akan menjadi seekor kupu-kupu yang indah.”
Mudahkah bagi kita memberikan jawaban seperti kepompong yang rapuh itu ketika salah seorang sahabat kita mengangkuhkan diri karena telah lebih dahulu berhasil dan kita belum menjadi apa-apa? Jika kita hanya manusia yang merasa hidup hanya untuk hari ini, tentu sulit. Namun kita adalah manusia-manusia berpengharapan yang selalu menantikan karya Tuhan senantiasa dalam hidup kita. Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Tesalonika Paulus juga menekankan agar jemaat tetap berdoa, mengucap syukur dalam segala hal meskipun itu sulit, sebab itulah yang dikehendaki dalam Kristus. Hal itu tentunya menjadi sulit bila kita hanya bersandar kepada logika saja. Menggunakan logika adalah baik, namun kita harus selalu tunduk kepada kuasa Tuhan yang melampau akal dan pikiran manusia.
Oleh karenanya yang dinyatakan Firman ini tidak salah. Akan jauh lebih baik bagi kita untuk senantiasa mengucap syukur daripada senantiasa bersungut-sungut; bertindak dan berpikir positif jauh lebih baik daripada senantiasa menggerutu. Sebab jika kita mengasah, melatih diri kita untuk tetap bertindak demikian, maka kita akan mampu menjadi manusia yang melihat kesempatan dalam setiap rintangan, bukan menjadi manusia yang melihat rintangan dalam setiap kesempatan. Tidak ada alasan tertentu bagi kita untuk tidak mengucap syukur. Sebab rahmat Tuhan sungguh agung dan besar. Tidak terhitung setiap hari berkatNya kepada kita. Amin.
Mudahkah bagi kita memberikan jawaban seperti kepompong yang rapuh itu ketika salah seorang sahabat kita mengangkuhkan diri karena telah lebih dahulu berhasil dan kita belum menjadi apa-apa? Jika kita hanya manusia yang merasa hidup hanya untuk hari ini, tentu sulit. Namun kita adalah manusia-manusia berpengharapan yang selalu menantikan karya Tuhan senantiasa dalam hidup kita. Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Tesalonika Paulus juga menekankan agar jemaat tetap berdoa, mengucap syukur dalam segala hal meskipun itu sulit, sebab itulah yang dikehendaki dalam Kristus. Hal itu tentunya menjadi sulit bila kita hanya bersandar kepada logika saja. Menggunakan logika adalah baik, namun kita harus selalu tunduk kepada kuasa Tuhan yang melampau akal dan pikiran manusia.
Oleh karenanya yang dinyatakan Firman ini tidak salah. Akan jauh lebih baik bagi kita untuk senantiasa mengucap syukur daripada senantiasa bersungut-sungut; bertindak dan berpikir positif jauh lebih baik daripada senantiasa menggerutu. Sebab jika kita mengasah, melatih diri kita untuk tetap bertindak demikian, maka kita akan mampu menjadi manusia yang melihat kesempatan dalam setiap rintangan, bukan menjadi manusia yang melihat rintangan dalam setiap kesempatan. Tidak ada alasan tertentu bagi kita untuk tidak mengucap syukur. Sebab rahmat Tuhan sungguh agung dan besar. Tidak terhitung setiap hari berkatNya kepada kita. Amin.
POKOK PIKIRAN:
Temukanlah Sukacita Di Dalam Tuhan Di Setiap Peristiwa
No comments:
Post a Comment